Pages

Banner 468 x 60px

Anggap saja dirimu adalah ikan lele. mampu berkembang biak di septic tank dan bahagia di tempat sampahnya. -Dewi Lestari
 

Minggu, 09 Juni 2019

Dampak Styrofoam bagi kesehatan dan lingkungan

0 komentar

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Agar terhindar dari bakteri dan kotoran, makanan harus dikemas dengan cara yang baik dan benar. Di samping itu, makanan memang perlu dikemas agar tidak mengalami kerusakan baik dari segi tekstur, rasa, atau bentuknya. Beberapa rumah makan hingga produsen makanan kerap menggunakan styrofoam sebagai wadah makanannya, dan manfaat lainnya seperti  menyimpan minuman atau makanan agar tetap  panas maupun tetap dingin, tetap nyaman di pegang dan ringan di bawa. Namun, tidak kita sadari,
Di balik manfaat styrofoam sebagai wadah makanan atau minuman, terdapat beberapa dampak yang merugikan bagi makhluk hidup dan lingkungannya, di sebuah artikel di jelaskan bahwasannya, styrofoam adalah bagian besar dari masalah plastik di lautan, banyak kita lihat sampah styrofoam yang mengapung di lautan, yang dampak nya membuat laut tercemar dan makhluk hidup di sekitarnya menjadi terganggu, bahkan bisa mengakibatkan kematian. dari sinilah, penulis tertarik membahas tentang dampak positif dan negatif yang di timbulkan Styrofoam bagi keberlangsungan kehidupan Makhluk Hidup dan Lingkungan.

1.2  Rumusan Masalah
a)   Apa pengertian Styrofoam?
b)   Bagaimana pembuatan Styrofoam?
c)   Apa manfaat Styrofoam?
d)  Apa dampak negatif Styrofoam?
1.3  Tujuan
a)   Untuk lebih memahami pengertian Styrofoam lebih merinci.
b)   Untuk mengetahui tahap – tahap dalam pembuatan Styrofoam.
c)   Untuk lebih mengetahui lebih luas manfaat Styrofoam secara umum.
d)  Untuk mengetahui dampak negatif Styrofoam bagi makhluk hidup dan lingkungan.
1.4  Manfaat
a)   Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mendapatkan informasi tentang  Styrofoam.
b)   Bagi masyarakat umum dapat menggunakan makalah ini untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang dampak Styrofoam bagi makhluk hidup dan lingkungan.
c)   Sebagai acuan untuk lebih peduli tentang lingkungan demi keberlangsungan kehidupan yang lestari dan berlanjut. 
d)  Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali informasi tentang dampak Styrofoam bagi makhluk hidup dan lingkungan.


BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Styrofoam
Styrofoam atau Foamed Polistirena (FPS) Bahan dasarnya adalah polistirena, yang merupakan plastik sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Hanya saja, kelemahannya adalah sifatnya yang rapuh. Untuk menambah kekuatannya dicampurkan senyawa butadiena yang merupakan karet sintetis. Penambahan butadiena inilah yang menyebabkan polistirena tidak jernih lagi dan berubah warna menjadi putih susu. Selain itu, untuk meningkatkan kelenturannya, ditambahkan juga zat plasticiser, seperti  dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena (BHT), atau n-butil stearat.
Sedangkan istilah foamed berasal dari proses pembuatannya, yang salah satu tahapnya adalah peniupan, untuk membentuk struktur sel. Dalam proses peniupan ini digunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya, seperti yang bisa kita lihat sekarang ini, plastik busa dalam berbagai bentuk dan penggunaan. Warnanya putih susu dan ringan. Dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran berisikan 95% udara. Memiliki sifat insulasi yang baik sehingga hal ini menjaga makanan atau minuman tetap panas.
Di Indonesia sendiri, foam polistirena dikenal dengan Styrofoam atau plastik busa, yang sebenarnya merupakan nama dagang produk yang diproduksi oleh Dow Chemical Compeny. Sejarah penemuan Styrofoam berawal dari penemuan polistirena pada tahun 1838,namun hingga 1925 tidak pernah diusahakan secara komersial. Pada tahun 1935 polistirena mulai diproduksi skala industri di jerman. Nama dagang Polistirena yaitu: bextrene, carinex, dylene, fostarene, kardel, vestyran, lustrex, restirolo, luran, dan lorkalene.
Eduard Simon menemukan polistirena dengan cara mengisolasi suatu bahan dari resin alami, dari hal tersebut, Ray Melntire mencampurkan styrene dengan isobutylene dengan tekanan tinggi, hasil percobaan tersebut menghasilkan material yang lebih kuat dan 30 kali lebih ringan dari pada polistirena. Material tersebut diperkenalkan sebagai Styrofoam pada tahun 1954. Menurut Syarief et al (1989), menyebutkan bahwa beberapa sifat umum dari polistirena adalah:
a.    Memiliki kekuatan tarik dan tidak mudah sobek.
b.   Titik leburnya rendah (88ºC) lunak pada suhu 90 sampai 95ºC.
c. Tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi terurai dengan alkohol pada konsentrasi tinggi, ester, keton, hidrokarbon,  aromatik dan klorin.
d.   Permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan segar.
e.    Mudah dicetak, permukaannya licin, jernih dan mengkilap.
f. Bila polistirena kontak dengan pelarut akan jadi keruh, mudah menyerap pemlastik, jika ditempatkan bersama-sama dengan plastik lain menyebabkan penyimpangan warna.
g.   Mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran.
h.   Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium).


2.2  Pembuatan Styrofoam
Secara laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu dengan melewatkan etilena melalui cairan benzena dengan tekanan yang cukup dan aluminium klorida sebagai katalisnya. Etil benzena di dehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis oksida aktif. Pada suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan polistirena. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus. Penambahan karet pada saat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena jenis ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding.Polistirena foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas-gas tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah berupa senyawa CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon oleh karnanya saat ini tidak dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan melalui proses polimerisasi. Polistirena foam yang dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan-tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang ada serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing merupakan insulator-insulator yang baik.
Sedangkan monomer polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus dengan struktur yang tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran yang berisi udara minuman-minuman beralkohol atau bersifat asam juga meningkatkan laju migrasi

2.3  Manfaat Styrofoam
Penggunaan dan Bentuk Styrofoam tidak hanya digunakan sebagai wadah minuman seperti kopi atau wadah makanan seperti bungkus nasi atau mie yang sebagian di gunakan oleh pedagang kaki lima guna menjaga suhu makanan dan minuman tahan lama. Styrofoam juga bisa digunakan untuk banyak hal, seperti insulasi, bahan pengepakan, karton telur, nampan daging, dipakai dalam produk-produk elektronik sebagai casing, kabinet dan komponen-komponen lainnya, penghalang suara yang baik sekaligus media pendukung studio rekaman dalam merekam suara, untuk bahan media teater, dan bahkan sebagai media kontruksi bangunan suatu proyek. Saat ini beberapa arsitek mulai menggunakan Styrofoam sebagai kontruksi bangunan, PT Duta Sarana Perkasa misalnya, yang mengakui jika penggunaan Styrofoam dapat di aplikasikan mulai untuk kontruksi dinding, atap, lantai, hingga tangga pada bangunan. Kontruksi ini terbukti kuat, di pakai untuk bangunan hingga 20 lantai dan di pastikan tahan gempa hingga kebakaran. Elemen Styrofoam memiliki harga 20% lebih mahal dari kontruksi konvensional, namun, lebih mudah pengerjaanya.

2.4  Dampak Negatif Styrofoam
Di balik banyaknya fungsi Styrofoam yang kita ketahui, tidak dapat di tolak, bahwa semua yang ada di dunia ini memiliki fungsi positif dan dampak negatif, begitu juga dengan Styrofoam. Styrofoam juga memiliki dampak negatif terhadap makhluk hidup dan lingkungannya, yaitu :

A. Bagi Kesehatan
Penggunaan Styrofoam pada wadah makanan atau  minuman memang kerap kali di temukan, namun banyak orang belum paham tentang resiko yang akan di dapatnya, dan alangkah baiknya jika kita menghindari hal tersebut. Bahaya Styrofoam sendiri berasal dari bahan dasarnya, Styrofoam mengandung beberapa zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, beberapa di antaranya adalah :

·      Mengandung Benzena
Styrofoam merupakan plastik yang salah satu komponennya adalah benzena. Zat yang dihasilkan dari bahan bakar minyak itu merupakan satu dari 4 serangkai penyebab kanker pada manusia, yakni benzena, toluena, etilbenzena, dan xilena. Keempat serangkai itu bahkan sudah masuk dalam daftar 100 toksikologi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melarang penggunaan styrofoam di seluruh dunia. WHO telah menyatakan bahwa benzene adalah zat kimia yang bersifat karsinogenik, atau dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh. Paparan jangka panjang terhadap sejumlah kecil styrene dapat menyebabkan neurotoxic (kelelahan, kegelisahan, kesulitan tidur), hematologi (nilai trombosit dan hemoglobin rendah), sitogenetik (kelainan kromosom dan limfatik), dan efek karsinogenik. Efek kesehatan akut umumnya iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan bagian atas, dan efek gastrointestinal. Paparan kronis mempengaruhi sistem saraf pusat yang menunjukkan gejala seperti depresi, sakit kepala, kelelahan, mudah lesu, dan dapat menyebabkan efek kecil pada fungsi ginjal dan darah. Styrene biasanya menunjukkan toksisitasnya pada manusia sebagai neurotoxin dengan menyerang pusat dan sistem saraf perifer.

Dibeberapa kasus, benzena bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian, saat benzena masuk ke dalam tubuh, ia akan masuk ke sel sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan menimbulkan anemia, efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi, menimbulkan kanker payudara, kanker prostat dan mengancam kehamilan, penelitian di New Jersey menemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
a)   Suhu yang tinggi semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
b)   Kadar lemak tinggi Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
c)   Kadar alkohol dan asam yang tinggi Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
d)  Lama kontak Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.

·      Mengandung Mikroplastik
Mikroplastik adalah suatu masalah yang sangat signifikan bagi kelangsungan satwa air. Pasalnya, styrofoam yang dibuang secara tidak layak  dibuang ke sungai atau laut, akan menyebabkan pecahnya styrofoam menjadi plastik-plastik dalam bentuk yang sangat kecil tak kasat mata. Kemudian, mikroplastik yang telah tersebar di perairan akan dimakan oleh ikan dan satwa air lainnya. Ikan yang tercemar oleh mikroplastik ini jika dimakan manusia, maka itu artinya benzenanya juga masuk ke dalam tubuh manusia, jelas akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia tersebut.

·      Menggangguan Pernafasan
Setiap pabrik selalu mengeluarkan asap, tak terkecuali suatu pabrik Styrofoam yang memproduksi saat proses pembuatan itu beroprasi yang terbuat dari bahan kimia, emisi dari pabrik saat proses manufaktur styrofoam inilah yang menyebabkan polusi udara, menyebabkan mengganggu pernafasan, khususnya bagi pekerja pabrik yang paling beresiko besar terhadap hal ini. 

B.  Bagi Lingkungan
Selain berbahaya terhadap kesehatan, styrofoam juga berdampak buruk terhadap lingkungan yaitu :
·      Styrofoam Sulit Terurai
Sampah Styrofoam membutuhkan kurang lebih sekitar 500 tahun untuk dapat terurai secara sempurna. jika jenis plastik lain dicari oleh pemulung karena bisa didaur ulang, Styrofoam tidak, Sebab itulah, sampah styrofoam terus menggunung dan mengganggu lingkungan. Jika dibuang ke sungai atau saluran air, styrofoam bisa menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir., Sifatnya yang sulit terurai secara alami oleh alam, membuat Styrofoam harus segera dicarikan solusi. misalkan, sampah Styrofoam bekas wadah makanan, bisa di manfaatkan sebagai kerajinan yang kreatif atau hal lainnya yang tujuannya memanfaatkan sampah Styrofoam.

·      Satwa Air Tercemari
Sampah styrofoam yang dibuang sembarangan akan sangat merusak lingkungan, karena ia sulit untuk terurai secara alami. Styrofoam dapat terurai dengan sempurna menghabiskan waktu yang sangat fantastis, yaitu sekitar 500 tahun. Seperti poin sebelumnya, styrofoam lama kelamaan akan terurai menjadi bentuk yang sangat kecil, yang disebut mikroplastik. Mikorplastik ini akan termakan oleh ikan dan satwa air lainnya, satwa air tersebut lama kelamaan akan mati. Ikan yang sudah tercemar oleh mikroplastik ini juga dapat dimakan oleh burung, kura-kura, dan lainnya.
Beberapa kasus pernah terjadi menyangkut tercemarnya air dengan styrofoam. Kasus tersebut adalah kematian masal satwa air dan binatang-binatang kecil. Kematian ini disebabkan oleh adanya plastik di dalam perut ikan-ikan tersebut.

·      Global warming
Pembuatan styrofoam menghasilkan limbah yang sangat banyak di dunia. Styrofoam terbuat dari gas dan polister dengan menggunakan agen blowing (mengelembungkan) seperti CFC (chloro fluoro carbon) yang sampai sekarang teknik itu masih di pergunakan. Hal ini yang dapat merusak lapisan ozon di bumi lama kelamaan menjadi berlubang, dan akan sangat mudah bagi cahaya matahari untuk masuk ke bumi tanpa adanya perlindungan ozon. Akibatnya, suhu bumi akan menjadi lebih panas. Panas yang terjadi di bumi akan mencairkan es di kutub utara dan selatan, naiknya permukaan laut, dan masalah global warming lainnya.

·      Mencemari Lingkungan
Styrofoam dapat mencemari lingkungan, Jumlah limbah Styrofoam yang terakumulasi sangat besar, WHO menyatakan bahwa limbah styrofoam adalah limbah yang termasuk dalam limbah terbesar dunia urutan ke-5, penyebabnya karena penggunaan yang masif (diyakini lebih murah, tidak mudah bocor, dan ringan dibawa) akan menyebabkan timbunan sampah yang tak kunjung habis. Styrofoam sebenarnya dapat didaur ulang, namun proses pendaur ulangan styrofoam masih tetap menghasilkan 57 senyawa yang masih berbahaya bagi lingkungan.


BAB 3
METODE PENGAMATAN
3.1  Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat, antara lain : 1) Lingkungan Universitas Jember, 2) Penjual Nasi berwadah Styrofoam, di Jl. Jend. Letjend S. Parman V, Tegal Boto Kidul, Sumbersari, lebih tepatnya di depan Bank BRI unit Kebonsari, 3) Sungai Sekitar Universitas Jember di Jl. Jawa

3.2  Prosedur Pengambilan Data

A) Metode wawancara
 Wawancara ini dilakukan di 3 tempat yang berbeda dengan beberapa narasumber. Dan dalam pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apa saja, tentang dampak – dampak Styrofoam baik dari segi positif maupun  negatif.  Pengamatan dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai topik yang di bahas dalam penelitian ini, yaitu Bahaya Styrofoam bagi Kesehatan dan Lingkungan. Berikut ini beberapa pertanyaan yang di ajukan oleh penulis kepada bapak 3 Narasumber, antara lain :
a)   Narasumber 1 (Mahasiswa Universitas Jember)
· Apakah anda tahu tentang dampak yang di timbulkan dari sampah Styrofoam bagi lingkungan?
·  Apakah anda mengerti tentang dampak Styrofoam bagi kesehatan bila di gunakan untuk wadah makanan atau minuman?
·    Menurut anda, Bagaimana sebaiknya penanganan Styrofoam bagi lingkungan?
b)   Narasumber 2 (Penjual Nasi yang menggunakan Styrofoam)
·      Sejak kapan anda berjualan nasi berwadahkan Styrofoam?
·      Mengapa anda menggunakan Styrofoam sebagai wadah nasi yang anda jual?
·      Berapakah harga Styrofoam yang anda beli sebagai wadah nasi?
·      Dalam sehari, berapa nasi yang berwadahkan styrofoam yang laku terjual?  
c)   Narasumber 3 (Warga Jl. Bangka, selaku warga sekitar sungai yang ada di Jl. Jawa)
·      Seberapa sering anda melihat sampah Styrofoam di buang di sungai?
·      Apa yang melatarbelakangi warga membuang sampah di sungai, khususnya Styrofoam?
·      Apa anda tahu dampak sampah Styrofoam jika di buang di sungai?

3.3  Analisis Data
Pengamatan ini menggunakan teknik pengamatan kualitatif. Teknik analisis data deskriptif merupakan suatu cara dala mengamati status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran atau juga peristiwa masa sekarang. Jenis metode pengamatan kualitatif ini berusaha menjelaskan fenomena sosial pada saat tertentu.
Pengamatan ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yang berguna untuk mengembangkan teori yang telah di bangun dari data yang sudah didapatkan di lapangan. Metode pengamatan kualitatif pada tahap awalnya peneliti melakukan penjelajahan, kemudian dilakukan pengumpulan data sampai mendalam, mulai dari observasi hingga penyusunan laporan.



BAB 4
HASIL PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah di laksanakan, masyarakat masih belum sepenuhnya paham tentang penggunaan Styrofoam saat di gunakan untuk membungkus makanan atau minuman memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia jika dilakukan terus menerus, terlebih jika makanan atau minuman tersebut kondisinya masih panas kemudian langsung di tuangkan ke styrofoam dalam kurun waktu yang lama, membuat zat yang ada di styrofoam lebih cepat terurai ke dalam makanan atau minumannya dan bisa memicu timbulnya kanker. Di tambah lagi, minimnya kesadaran masyarakat tentang dampak sampah Styrofoam jika di buang di sungai ataupun disembarang tempat, dapat memberikan efek buruk terhadap lingkungan, sifatnya yang sulit terurai oleh alam dapat mengganggu keberlangsungan kehidupan ekosistem (Manusia, Hewan dan Kehidupan akuatik)

4.2  Pembahasan
Dengan pemaparan hasil wawancara dari 3 narasumber, sebagai berikut :
·   Wawancara 1 : Mahasiswa Universitas Jember
    
                                (1)                                                      (2)
·   Gambar 1 di ambil di Rusunawi dan Gambar 2 di Parkiran FKIP Gedung 3

Penulis : Apakah anda tahu tentang dampak yang di timbulkan dari sampah Styrofoam bagi lingkungan?
Narasumber 1: Dampaknya dapat memperburuk lingkungan khususnya kondisi tanah, di karenakan sampah Styrofoam membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terurai seperti halnya sampah plastik.
Penulis :  Apakah anda mengerti tentang dampak Styrofoam bagi kesehatan bila digunakan untuk wadah makanan atau minuman?
Narasumber 1 : Maaf, saya masih belum mengerti tentang dampak Styrofoam bila digunakan untuk wadah makanan, karena saya hanya pengguna.
Penulis : Menurut anda, Bagaimana sebaiknya penanganan Styrofoam bagi lingkungan?
Narasumber 1 : Hal itu tergantung masing-masing pengguna Styrofoam, ada baiknya jika kita mengurangi penggunaan Styrofoam yang berlebihan dengan menggunakan pengganti Styrofoam yang lebih ramah lingkungan.

·   Wawanacara 2 : Penjual Nasi yang menggunakan wadah Styrofoam
 
                                 (1)                                                    (2)
·   Gambar 1 dan 2 di ambil di Jl. Jend. Letjend S. Parman V

Penulis : Sejak kapan anda berjualan nasi berwadahkan Styrofoam?
Narasumber 2 : Saya berjualan nasi disini mulai tahun 2015.
Penulis : Mengapa anda menggunakan Styrofoam sebagai wadah nasi yang anda jual?
Narasumber 2 : Dikarenakan wadah Styrofoam lebih praktis penggunaanya saat dibuat bungkus makanan dari pada kertas minyak.
Penulis : Berapakah harga Styrofoam yang anda beli sebagai wadah nasi?
Narasumber 2 : Saya membeli Styrofoam di toko seharga 40 ribu untuk 100 lembar Styrofoam.
Penulis : Dalam sehari, berapa nasi yang berwadahkan styrofoam yang laku terjual?
Narasumber 2 : Dalam semalam, nasi bungkus yang berwadahkan Styrofoam rata-rata terjual lebih dari 50 bungkus.

·   Wawancara 3 : Warga Jl. Bangka, selaku penduduk sekitar sungai yang ada di Jl. Jawa
 
                            (1)                                                           (2)
·   Gambar 1 di ambil di pinggiran sungai di Jl. Bangka dan gambar 2 dari google Maps
Penulis : Seberapa sering anda melihat sampah Styrofoam di buang di sungai?
Narasumber 3 : Hampir setiap hari selalu ada sampah Styrofoam, baik sampah Styrofoam yang lama ataupun yang baru.
Penulis : Apa yang menjadi alasan warga membuang sampah di sungai, khususnya Styrofoam?
Narasumber 3 : Dikarenakan warga malas membuang sampah ke TPS yang sudah di sediakan oleh pemerintah dan mereka beranggapan sampah yang dibuang ke sungai akan hilang begitu saja, padahal dampak buruk yang terjadi akan berakibat pada masa yang akan datang.
Penulis : Apa anda tahu dampak sampah Styrofoam jika di buang di sungai?
Narasumber 3 : 1) Dapat mencemari sungai itu sendiri, 2) dapat mengakibatkan banjir akibat saluran air tersumbat karena sampah.


BAB 5
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Penggunaan Styrofoam secara terus menerus dapat membahayakan kesehatan maupun lingkungan, senyawa Benzena dan Styrofoam sendiri yang mengandung mikroplastik sangat membahayakan dan dapat memicu kanker bila masuk kedalam tubuh (Karsinogenik) dan menimbulkan penyakit lainnya. Selain itu, bila masalah sampah Styrofoam yang di buang sembarangan, jika tidak segera dilakukan penanganan maka lingkungan tersebut bisa mengalami pencemaran, bahkan bisa menimbulkan bencana alam, contohnya Banjir dan beberapa ekosistem (Hewan dan kehidupan akuatik) terganggu dan mati.

5.2  Saran
·   Sebaiknya penggunaan Styrofoam lebih di kurangi, mengingat dampaknya yang  tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan.
·   Mengganti wadah Styrofoam dengan wadah yang lebih sehat atau membawa wadah sendiri dari rumah.
· Sebaiknya pemerintah juga ikut bergerak dalam upaya penggunaan Styrofoam dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang dampak Styrofoam.
·   Mendaur ulang sampah Styrofoam atau membuat kerajinan kreatif dari bahan styrofoam guna mengurangi limbah Styrofoam yang tiap hari semakin menambah





REFERENSI
Bideaux, Abigael. 2016. Why You Should Say No Styrofoam. Diakses dari
www.1millionwomen.com.au/blog/why-you-should-say-no-styrofoam/.
pada pukul 20:13, 26/11/2018
Kinhal, Vijayalaxmi Ecologist. 2013. How Styrofoam is Bad for the environment.
Diakses dari www.greenliving.lovetoknow.com/How-styrofoam-is-bad-for-the-Environment. pada pukul 20:16, 26/11/2018
Dewi, Tungga. 2013. Pengujian Migrasi Berbagai Kemasan Plastik. Diakses dari
http://www.academia.edu/6009371/Laporan_Praktikum_Kemasan_Lanjut_-_PENGUJIAN_MIGRASI_BERBAGAI_KEMASAN_PLASTIK. pada pukul 10:37, 27/11/2018
Hapsari, Ria Putri. 2013. Kontruksi Bangunan Pakai Styrofoam. Diakses dari
https://economy.okezone.com/read/2013/04/12/479/790643/kontruksi-bangunan-pakai-styrofoam. pada pukul 18: 19, 27/11/2018
Unja, Chemisty. 2011. Polistirena (Styrofoam) diakses dari http://kimia-master.blogspot.com/2011/11/polistirena-styrofoam.html. pada pukul 18:41, 27/11/2018
Maleka, Mulya. 2010. Bahaya Styrofoam Bagi Manusia. Diakses dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/bahaya-styrofoam-bagi-manusia/. Pada pukul 19:24, 28/11/2018
Sumarni. 2013. Kajian Fisika Kimia Limbah Styrofoam dan Aplikasinya. Diakses dari http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ejurnalfmipa/article/view/1873 pada pukul 07:01. 12/12/2018














                                                                                           


















Read more...